1. Sejarah Kereta Api Dunia
Perkembangan transportasi kereta apimenggunakan jalan rel bermula dari dikembangkannya usaha untuk. Meningkatkan pelayanan transportasi yang meliputi antara lain kuantitas pengangkutan, kecepatan perjalanan, dan keawetan sarana prasarananya.
Awal mula terciptanya jalan rel bisa dikatakan bermula di Inggris pada tahun 1630, yaitu dengan adanya pengangkutan batu bara. Hasil penambangan batu bara semula diangkut dengan kereta yang ditarik kuda. Terdapat dua masalah berkaitan dengan penggunaan kereta yang ditarik kuda ini, yaitu:
a. jalan yang dilalui cepat rusak
b. kapasitas angkut rendah
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pada jalan yang dilalui dipasang balok-balok kayu membujur, dengan maksud dapat memberikan landasan yang lebih kuat dan memperkecil hambatan antara roda dan permukaan jalannya. Dengan memasang balok-balok kayu membujur tersebut kapasitas angkut seekor kuda yang menarik kereta bisa meningkat.
Balok-balok kayu membujur ini ternyata masih juga cepat rusak, baik oleh cuaca maupun oleh beban kereta, maka perkembangan berikutnya ialah bagian atas balok kayu diberi lapisan yang lebih kuat yaitu besi. Perkembangan berikutnya balok kayu diganti seluruhnya dengan besi. Meskipun sudah menggunakan batang besi, tetapi dengan masih digunakannya bentuk roda biasa, masih terjadi melesetnya roda keluar dari batang besi dimaksud. Untuk menghindari melesetnya roda tersebut maka roda-roda diberi flens (flange), ini terjadi pada tahun 1789. Akibat dari penggunaan flens pada roda ini mengakibatkan kendaraannya tidak dapat digunakan di jalan raya biasa, sejak itulah terjadi perbedaan antara jalan raya dan jalan yang menggunakan batang besi atau jalan rel. Jalan rel pertama kali digunakan untuk pengangkutan batu bara.
Pada awal abad XIX kereta di atas rel mulai ditarik oleh kendaraan yang dijalankan dengan mesin (lokomotif) uap. pada masa-masa tersebut jalan rel mulai pula dibangun di beberapa negara, seperti Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Rusia, Austria, Indonesia (lihat Sejarah Kereta Api Indonesia). Perkembangan kereta api baik sarana maupun prasarananya terus berjalan. Pengembangan dalam hal kecepatan, pelayanan, keselamatan, efisensi, dan kenyamanan terus pula dilakukan, hal ini seiring pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lokomotif diesel-listrik mulai digunakan di New Jersey tahun 1925, kereta diesel-listrik untuk penumpang bentuk streamline mulai meluncur di Amerika tahun 1934.
Perkembangan terus berjalan termasuk dalam rancang bangun, teknologi komunikasi dan informasi, dan teknologi bahan. Hal ini membawa pula perkembangan sarana dan prasarana kereta api, misalnya kereta api super cepat, kereta api monorail (dengan satu rel), kereta api levitasi magnetik (maglev), kereta api pengangkut berat. Begitu pula perkembangan dalam teknologi penggeraknya, misalnya lokomotif diesel, diesel-listrik dan penggerak listrik. Teknologi persinyalan juga berkembang sehingga tidak hanya digunakan sinyal mekanis tetapi juga sinyal elektris.
2. Sejarah Kereta Api Indonesia
Ditulis oleh herr di/pada Agustus 11, 2008
Pembangunan jembatan rel di wilayah Banyuwangi.
Dapat dikatakan bahwa secara de-facto hadirnya kerata api di Indonesia ialah dengan dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km pada lintas Kemijen-Tanggung yang dibangun oleh NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunan jalan rel tersebut dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada hari Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai dibuka untuk umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Sedangkan landasan de-jure pembangunan jalan rel di jawa ialah disetujuinya undang-undang pembangunan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 April 1875.
Dengan telah adanya undang-undang pembangunan jalan rel yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan dengan berhasilnya operasi kereta api lintas Kemijen-Temanggung (yang kemudian pembangunannya diteruskan hingga ke Solo), pembangunan jalan rel dilakukan di beberapa tempat bahkan hingga di luar Jawa, yaitu di Sumatera dan Sulawesi.
Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa pendudukan Jepang. Beberapa jalan rel di pulau Sumatera dan pulau Sulawesi serta sebagian lintas cabang di pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan dipasang di Burma (Myanmar). Bahkan pemindahan jalan rel ini juga disertai dengan dialihkannya sejumlah tenaga kereta api Indonesia ke Myanmar. Akibat tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan informasi bahwa panjang jalan rel di Indonesia ialah 4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596.
Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia peran kereta api sangatlah besar. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Jogjakarta-Magelang-Ambarawa. Hijrahnya pemerintahan republik Indonesia dari Jakarta ke Jogjakarta tahun 1946 tidak lepas pula dari peran kereta api. Tanggal 3 Januari 1946 rombongan Presiden Soekarno berhasil meninggalkan Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Jogjakarta tanggal 4 Januari 1946 pukul 09.00 disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat pengambilalihan kekuasaan perkereta-apian dari pihak Jepang oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada peristiwa bersejarah tanggal 28 September 1945. Pengelolaan kereta api di Indonesia telah ditangani oleh institusi yang dalam sejarahnya telah mengalami beberapa kali perubahan. Institusi pengelolaan dimulai dengan nasionalisasi seluruh perkereta-apian oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI), yang kemudian namanya dipersingkat dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun 1950. Institusi tersebut berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963 dengan PP. No. 22 tahun 1963, kemudian dengan PP. No. 61 tahun 1971 berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Perubahan kembali terjadi pada tahun 1990 dengan PP. No. 57 tahun 1990 status perusahaan jawatan diubah menjadi perusahaan umum sehingga PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka). Perubahan besar terjadi pada tahun 1998, yaitu perubahan status dari Perusahaan Umum Kereta Api menjadi PT Kereta Api (persero), berdasarkan PP. No. 19 tahun 1998.
Perkembangan dalam dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung, begitu pula dengan teknologinya. Tanggal 31 Juli 1995 diluncurkan KA Argo Bromo (dikenal juga sebagai KA JS 950) Jakarta-Surabaya dan KA Argo Gede (JB 250) Jakarta-Bandung. Peluncuran kedua kereta api tersebut mendandai apresiasi perkembangan teknologi kereta api di Indonesia dan sekaligus banyak dikenal sebagai embrio teknologi nasional. Saat ini selain kedua KA “Argo” tersebut di atas, telah beroperasi pula KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Argo Wilis, KA Argo Muria.
Kereta listrik pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok
Kemampuan dalam teknologi perkereta-apian di Indonesia juga terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya. Dalam rancang bangun, peningkatan dan perawatan kereta api, perkembangan kemampuan tersebut dapat dilihat di PT. Inka (Industri kereta Api) di Madiun, dan balai Yasa yang terdapat di beberapa daerah.
3. Pendudukan Jepang
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).
4. Perkembangan di luar Jawa
Halte Si Loengkang di jalur Solok-Silungkang, ketika baru selesai dibangun.
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
5. Perkembangan Sinyal Kereta Api Di Dalam Negeri
Sinyal kereta api yang ada saat ini di indonesia tak lepas juga dari perkembangan sistem persinyalan yang ada di luar negeri. Hal ini memungkinkan adanya pengembangan peralatan persinyalan ke arah yang lebih canggih lagi sehingga perjalanan KA semakin aman dan semakin baik. Saat ini di berbagai belahan dunia banyak di kembangkan ataupun diteliti mengenai pembaruan menuju modernisasi sistem persinyalan, utamanya yang dilakukan oleh negara-negara maju produsen peralatan perkeretaapian yang mutakhir seperti di AS, Jepang, Prancis, Jerman, Italia dan Inggris maupun juga Australia.
Variatifnya perkembangan peralatan persinyalan di luar negeri ternyata tak selalu membawa kebaikan bagi Indonesia. Tentunya hal ini berkait dengan besaran dana yang Indonesia miliki dan pengembangan SDM untuk menguasai teknologi tersebut. Sementara itu, negara-negara maju tersebut umumnya juga membantu “meringankan” penderitaan Indonesia dengan mendonorkan teknologi mereka. Namun sayangnya, negara-negara itu “tidak akur” sehingga teknologi yang ada di indonesia tidak bisa menyatu. Banyaknya sistem persinyalan donor yang tak bisa menyatu tersebut mengakibatkan keruwetan tersendiri dalam perawatannya karena beda sistem persinyalan beda pula perlakuan perawatannya. Belum lagi saat terjadi kelangkaan suku cadang sementara pabrikan sistem persinyalan tersebut sudah lama gulung tikar dan teknologi serupa tidak ditemui di sistem persinyalan donor dari negara lain. kalaupun ada, harus menunggu waktu administrasi dan pengimporan yang makan waktu lama sementara kebutuhan sudah sangat mendesak.
Sistem persinyalan yang merupakan prasarana pendukung perkeretaapian saat ini sesuai dengan amanat UU23/2007 adalah milik pemerintah (kekayaan negara) tetapi di berikan kewenangan penguasaan, perawatan dan pengembangannya kepada PT. Kereta Api (Persero) menjadi kekayaan negara yang dipisahkan dengan tetap seizin dan sepengetahuan Dephub sebagai perpanjangan tangan pemerintah.
Awal mula terciptanya jalan rel bisa dikatakan bermula di Inggris pada tahun 1630, yaitu dengan adanya pengangkutan batu bara. Hasil penambangan batu bara semula diangkut dengan kereta yang ditarik kuda. Terdapat dua masalah berkaitan dengan penggunaan kereta yang ditarik kuda ini, yaitu:
a. jalan yang dilalui cepat rusak
b. kapasitas angkut rendah
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, pada jalan yang dilalui dipasang balok-balok kayu membujur, dengan maksud dapat memberikan landasan yang lebih kuat dan memperkecil hambatan antara roda dan permukaan jalannya. Dengan memasang balok-balok kayu membujur tersebut kapasitas angkut seekor kuda yang menarik kereta bisa meningkat.
Balok-balok kayu membujur ini ternyata masih juga cepat rusak, baik oleh cuaca maupun oleh beban kereta, maka perkembangan berikutnya ialah bagian atas balok kayu diberi lapisan yang lebih kuat yaitu besi. Perkembangan berikutnya balok kayu diganti seluruhnya dengan besi. Meskipun sudah menggunakan batang besi, tetapi dengan masih digunakannya bentuk roda biasa, masih terjadi melesetnya roda keluar dari batang besi dimaksud. Untuk menghindari melesetnya roda tersebut maka roda-roda diberi flens (flange), ini terjadi pada tahun 1789. Akibat dari penggunaan flens pada roda ini mengakibatkan kendaraannya tidak dapat digunakan di jalan raya biasa, sejak itulah terjadi perbedaan antara jalan raya dan jalan yang menggunakan batang besi atau jalan rel. Jalan rel pertama kali digunakan untuk pengangkutan batu bara.
Pada awal abad XIX kereta di atas rel mulai ditarik oleh kendaraan yang dijalankan dengan mesin (lokomotif) uap. pada masa-masa tersebut jalan rel mulai pula dibangun di beberapa negara, seperti Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Rusia, Austria, Indonesia (lihat Sejarah Kereta Api Indonesia). Perkembangan kereta api baik sarana maupun prasarananya terus berjalan. Pengembangan dalam hal kecepatan, pelayanan, keselamatan, efisensi, dan kenyamanan terus pula dilakukan, hal ini seiring pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lokomotif diesel-listrik mulai digunakan di New Jersey tahun 1925, kereta diesel-listrik untuk penumpang bentuk streamline mulai meluncur di Amerika tahun 1934.
Perkembangan terus berjalan termasuk dalam rancang bangun, teknologi komunikasi dan informasi, dan teknologi bahan. Hal ini membawa pula perkembangan sarana dan prasarana kereta api, misalnya kereta api super cepat, kereta api monorail (dengan satu rel), kereta api levitasi magnetik (maglev), kereta api pengangkut berat. Begitu pula perkembangan dalam teknologi penggeraknya, misalnya lokomotif diesel, diesel-listrik dan penggerak listrik. Teknologi persinyalan juga berkembang sehingga tidak hanya digunakan sinyal mekanis tetapi juga sinyal elektris.
2. Sejarah Kereta Api Indonesia
Ditulis oleh herr di/pada Agustus 11, 2008
Pembangunan jembatan rel di wilayah Banyuwangi.
Dapat dikatakan bahwa secara de-facto hadirnya kerata api di Indonesia ialah dengan dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km pada lintas Kemijen-Tanggung yang dibangun oleh NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pembangunan jalan rel tersebut dimulai dengan penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada hari Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai dibuka untuk umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Sedangkan landasan de-jure pembangunan jalan rel di jawa ialah disetujuinya undang-undang pembangunan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 April 1875.
Dengan telah adanya undang-undang pembangunan jalan rel yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dan dengan berhasilnya operasi kereta api lintas Kemijen-Temanggung (yang kemudian pembangunannya diteruskan hingga ke Solo), pembangunan jalan rel dilakukan di beberapa tempat bahkan hingga di luar Jawa, yaitu di Sumatera dan Sulawesi.
Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa pendudukan Jepang. Beberapa jalan rel di pulau Sumatera dan pulau Sulawesi serta sebagian lintas cabang di pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan dipasang di Burma (Myanmar). Bahkan pemindahan jalan rel ini juga disertai dengan dialihkannya sejumlah tenaga kereta api Indonesia ke Myanmar. Akibat tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan informasi bahwa panjang jalan rel di Indonesia ialah 4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan Lintas Cabang 323,596.
Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia peran kereta api sangatlah besar. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah, mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Jogjakarta-Magelang-Ambarawa. Hijrahnya pemerintahan republik Indonesia dari Jakarta ke Jogjakarta tahun 1946 tidak lepas pula dari peran kereta api. Tanggal 3 Januari 1946 rombongan Presiden Soekarno berhasil meninggalkan Jakarta menggunakan kereta api, tiba di Jogjakarta tanggal 4 Januari 1946 pukul 09.00 disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat pengambilalihan kekuasaan perkereta-apian dari pihak Jepang oleh Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) pada peristiwa bersejarah tanggal 28 September 1945. Pengelolaan kereta api di Indonesia telah ditangani oleh institusi yang dalam sejarahnya telah mengalami beberapa kali perubahan. Institusi pengelolaan dimulai dengan nasionalisasi seluruh perkereta-apian oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (DKARI), yang kemudian namanya dipersingkat dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun 1950. Institusi tersebut berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963 dengan PP. No. 22 tahun 1963, kemudian dengan PP. No. 61 tahun 1971 berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Perubahan kembali terjadi pada tahun 1990 dengan PP. No. 57 tahun 1990 status perusahaan jawatan diubah menjadi perusahaan umum sehingga PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka). Perubahan besar terjadi pada tahun 1998, yaitu perubahan status dari Perusahaan Umum Kereta Api menjadi PT Kereta Api (persero), berdasarkan PP. No. 19 tahun 1998.
Perkembangan dalam dunia kereta api di Indonesia terus berlangsung, begitu pula dengan teknologinya. Tanggal 31 Juli 1995 diluncurkan KA Argo Bromo (dikenal juga sebagai KA JS 950) Jakarta-Surabaya dan KA Argo Gede (JB 250) Jakarta-Bandung. Peluncuran kedua kereta api tersebut mendandai apresiasi perkembangan teknologi kereta api di Indonesia dan sekaligus banyak dikenal sebagai embrio teknologi nasional. Saat ini selain kedua KA “Argo” tersebut di atas, telah beroperasi pula KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Argo Wilis, KA Argo Muria.
Kereta listrik pertama beroperasi 1925, menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok
Kemampuan dalam teknologi perkereta-apian di Indonesia juga terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya. Dalam rancang bangun, peningkatan dan perawatan kereta api, perkembangan kemampuan tersebut dapat dilihat di PT. Inka (Industri kereta Api) di Madiun, dan balai Yasa yang terdapat di beberapa daerah.
3. Pendudukan Jepang
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI).
4. Perkembangan di luar Jawa
Halte Si Loengkang di jalur Solok-Silungkang, ketika baru selesai dibangun.
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
5. Perkembangan Sinyal Kereta Api Di Dalam Negeri
Sinyal kereta api yang ada saat ini di indonesia tak lepas juga dari perkembangan sistem persinyalan yang ada di luar negeri. Hal ini memungkinkan adanya pengembangan peralatan persinyalan ke arah yang lebih canggih lagi sehingga perjalanan KA semakin aman dan semakin baik. Saat ini di berbagai belahan dunia banyak di kembangkan ataupun diteliti mengenai pembaruan menuju modernisasi sistem persinyalan, utamanya yang dilakukan oleh negara-negara maju produsen peralatan perkeretaapian yang mutakhir seperti di AS, Jepang, Prancis, Jerman, Italia dan Inggris maupun juga Australia.
Variatifnya perkembangan peralatan persinyalan di luar negeri ternyata tak selalu membawa kebaikan bagi Indonesia. Tentunya hal ini berkait dengan besaran dana yang Indonesia miliki dan pengembangan SDM untuk menguasai teknologi tersebut. Sementara itu, negara-negara maju tersebut umumnya juga membantu “meringankan” penderitaan Indonesia dengan mendonorkan teknologi mereka. Namun sayangnya, negara-negara itu “tidak akur” sehingga teknologi yang ada di indonesia tidak bisa menyatu. Banyaknya sistem persinyalan donor yang tak bisa menyatu tersebut mengakibatkan keruwetan tersendiri dalam perawatannya karena beda sistem persinyalan beda pula perlakuan perawatannya. Belum lagi saat terjadi kelangkaan suku cadang sementara pabrikan sistem persinyalan tersebut sudah lama gulung tikar dan teknologi serupa tidak ditemui di sistem persinyalan donor dari negara lain. kalaupun ada, harus menunggu waktu administrasi dan pengimporan yang makan waktu lama sementara kebutuhan sudah sangat mendesak.
Sistem persinyalan yang merupakan prasarana pendukung perkeretaapian saat ini sesuai dengan amanat UU23/2007 adalah milik pemerintah (kekayaan negara) tetapi di berikan kewenangan penguasaan, perawatan dan pengembangannya kepada PT. Kereta Api (Persero) menjadi kekayaan negara yang dipisahkan dengan tetap seizin dan sepengetahuan Dephub sebagai perpanjangan tangan pemerintah.
10 Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
Stasiun Ijo (IJ) adalah stasiun kereta api yang terletak di sebelah barat Stasiun Gombong. Secara administratif, stasiun ini berada di Desa Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Selain sebagai stasiun persilangan, fungsi lainnya adalah sebagai pengontrol terowongan jalur rel (disebut Terowongan Ijo) yang berada di sisi timur stasiun ini. Pengelolaan stasiun yang terletak pada ketinggian +25 m dpl ini berada di bawah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Stasiun yang dibangun pada pertengahan tahun 1880-an ini jarang disinggahi oleh kereta api. Stasiun berperon sisi ini memiliki tiga jalur rel.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
2. Stasiun Malang Kotalama (1879)
Stasiun Malang Kotalama (MLK) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kecamatan Sukun, Malang. Stasiun yang berada pada ketinggian +429 m dpl ini berada di Daerah Operasi 8 Surabaya. Stasiun ini merupakan stasiun KA paling selatan yang berada di Kota Malang, dan tertua, dibangun pada tahun 1879. Penambahan nama "Kotalama" dimaksudkan untuk membedakan dengan Stasiun Malang Kotabaru yang dibangun belakangan.
Dari Stasiun Malang Kotalama terdapat percabangan rel yang menuju ke Dipo Pertamina.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
3. Stasiun Surabaya Kota (1878)
Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer dengan nama Stasiun Semut terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Letaknya sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan juga merupakan stasiun tujuan terakhir di kota Surabaya dari jalur kereta api selatan pulau Jawa yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta dan Bandung serta Jakarta. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya adalah Stasiun Pasar Turi yang menghubungkan Surabaya dengan Semarang. Baru dalam masa kemerdekaan, Jawatan Kereta Api mengadakan layanan kereta api antara Jakarta dan Surabaya Pasar Turi melalui Semarang.
Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11 Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
4. Stasiun Purwosari (1875)
Stasiun Purwosari (PWS) merupakan stasiun kereta api Indonesia yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 502, Purwosari, Lawiyan, Surakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +98 m dpl ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta.
Stasiun Purwosari dibangun pada tahun 1875, dan merupakan stasiun tertua di Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
5. Stasiun Solo Balapan (1873)
Stasiun Solo Balapan (kode: SLO, +93m) adalah stasiun induk di Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Semarang. Stasiun ini didirikan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad ke-19 (tepatnya 1873)
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
6. Stasiun Kedungjati (1873)
Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kedungjati, Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 m dpl ini berada di Daerah Operasi 4 Semarang. Stasiun Kedungjati diresmikan pada bulan 21 Mei 1873. Arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur KA dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester dengan peron berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
7. Stasiun Ambarawa (1873)
Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman museum.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
8. Stasiun Lempuyangan (1872)
Stasiun Lempuyangan (kode: LPN, +114 m dpl) adalah stasiun kereta api yang terletak di Kota Yogyakarta, berjarak sekitar 1 km di sebelah timur dari stasiun utama di kota ini, yaitu Stasiun Yogyakarta. Stasiun yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1872 ini melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di utara dan Danurejan di selatan.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
9. Stasiun Semarang Tawang (1868)
Stasiun Semarang Tawang (kode SMT) adalah stasiun induk di Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang yang melayani kereta api eksekutif dan bisnis. Kereta api ekonomi tidak singgah di stasiun ini. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia setelah Semarang Gudang dan diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868 untuk jalur Semarang Tawang ke Tanggung. Jalur ini menggunakan lebar 1435 mm. Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan melanjut hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
10. Stasiun Semarang Gudang / Tambaksari (1864)
Stasiun ini dibangun pada tanggal 16 Juni 1864 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele. Untuk pengoperasian rute ini, pemerintah Belanda menunjuk Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), salah satu markas NIS yang sekarang dikenal sebagai Gedung Lawang Sewu. Dan tepatnya pada 10 Agustus 1867 sebuah kereta meluncur untuk pertama kalinya di stasiun ini.
Stasiun Kereta Api Tertua di Indonesia
Kereta Api Cepat dan Monorel Tenaga Surya
Konsep transportasi publik yang inovatif akan menggunakan energi hijau non-polusi dari sumber daya alam bebas terbesar di alam semesta - matahari. Sistem ini sedang dirancang untuk menghasilkan listrik baik untuk masyarakat sekitar serta tenaga yang diperlukan untuk kendaraan transportasi massal yang menjadi bagian solusi bagi dunia yang lebih bersih dan hijau (eco-friedly). Maka, inilah konsep dunia tentang Kereta Api super cepat yang ditenagai oleh sel surya (sinar matahari) yang dijamin akan bebas dari polusi.1. Solar Powered Maglev
Kereta api ini dirancang oleh Francisco Lupin dengan konsep ramping untuk Bombardier sebagai bagian dari Lomba Desain Kereta & Interior YouRail. kereta Lupin dirancang untuk penumpang ekonomi di dalam kota dan benar-benar bagian dari transportasi umum. Kereta ini bertenaga surya, terbuat dari bahan ringan dan menggunakan teknologi Maglev untuk kereta api cepat dgn energi efisien. Panel surya yang dipasang di atas kereta menyediakan tenaga untuk membantu menjalankannya, serta memberikan penerangan dan tenaga untuk pintu masuk penumpang. Panel surya yang dipasang diatas kereta & secara otomatis dapat berputar untuk memaksimalkan akses surya. Teknologi Maglev yang lebih cepat, halus dan lebih efisien akan digunakan untuk kereta ini , sedangkan panduan pilot otomatis sistem kereta dijalankan melalui komputer sehingga tidak perlu operator (masinis).
Galeri Solar Powered Maglev2. SUN train
Suntrain akan memanfaatkan generasi baru yang unik yang fleksibel dan hemat energi, rel "self-propelled" . (Tidak ada lokomotif) yang mampu memiliki kinerja baik dengan kecepatan tinggi (hingga 150 mph) di rute utama jalan-jalan kota. Semua kendaraan, termasuk pesawat dan mobil van sewa, akan 100% bahan bakar solar sel & hidrogen didorong dengan nol emisi dan tidak perlu bahan bakar fosil, bio-fuel, overhead kabel, rel ketiga, atau listrik off-the-grid. Semua hidrogen akan dihasilkan dari foto-voltaics kereta api di atas tanah; hidrogen pengisian bahan bakar untuk kereta dan mobil sewa akan berlangsung di stasiun kereta. suntrainusa.com
3. Solar Monorail
Iosa Ghini Associate telah merancang Belt Energi, sebuah sistem monorel ramping bertenaga surya untuk Bologna, Italia yang akan menghubungkan bandar udara ke pusat kota. Monorel juga akan menyediakan infrastruktur untuk kegunaan lain, yaitu trotoar pejalan kaki sepanjang jalan rel dan sistem panel surya di sepanjang sisi rel. inhabitat.com
sumber : kaskus.us
Lima Kereta Api Tercepat Di Dunia
Berikut Lima Kereta Api Tercepat Di Dunia :
1.Shinkansen
Shinkansen merupakan sarana utama untuk angkutan antar kota di Jepang, selain pesawat terbang. Kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam.Nama Shinkansen sering digunakan oleh orang-orang di luar Jepang untuk merujuk kepada kereta apinya, namun kata ini dalam bahasa Jepang sebenarnya merujuk kepada nama jalur kereta api tersebut.Shinkansen dibuka pada 1 Oktober 1964 untuk menyambut Olimpiade Tokyo. Jalur ini langsung sukses, melayani 100 juta penumpang kurang dari 3 tahun sejak dibuka pada tanggal 13 Juli 1967, dan melayani satu milyar penumpang pada 1976.
zPada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (515,4km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru 'Nazomi' yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/j telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.
2.TGV
TGV adalah kereta cepat Prancis (bahasa Prancis: train à grande vitesse, yang berarti kereta kecepatan tinggi). Dikembangkan oleh Alstom dan SNCF, dan dioperasikan oleh SNCF, Perusahaan rel Nasional Prancis. Kereta ini menghubungkan kota-kota di Prancis terutama Paris, dan juga negara-negara tetangga, seperti Belgia, Jerman, dan Swiss. TGV atau kereta yang berdasarkan TGV juga beroperasi di Belanda, Korea Selatan, Spanyol, dan Britania Raya dan Amerika Serikat. Kereta TGV diproduksi oleh Alstom.TGV adalah kereta penumpang, namun ada juga yang digunakan untuk pengiriman surat antara Paris dan Lyon.Ide TGV pertama kali diusulkan pada 1960-an.
Prototipe pertama, dikenal dengan TGV 001, menggunakan turbin gas dan memproduksi listrik sendiri dari minyak, tapi setelah krisis energi 1973 dan peningkatan harga minyak yang tinggi, ide ini dianggap tidak praktis. Prototipe listrik pertama diselesaikan pada 1974, dengan versi akhir diantar pada 1980 dan pelayanan pertama dibuka umum antara Paris dan Lyon pada 27 September 1981.
Sejak itu, jalur lain menuju Tours/Le Mans, Calais, Brussels dan Marseille telah dibuka. Jalur menuju Strasbourg sedang dalam pembangunan. Dan juga jalur lain ke luar Prancis yang sedang dibangun ada menuju London, Cologne, dan Amsterdam. Pengembangan lebih lanjut ke spanyol dan Italia masih dalam perencanaan.TGV bukan kereta cepat pertama, karena Shinkansen Jepang yang menghubungkan Tokyo dan Osaka telah dibuka sejak 1 Oktober 1964, hampir 17 tahun lebih awal dari TGV.
3.Maglev
Kecepatan tertinggi mencatat kereta Maglev adalah 581 kilometer per jam (361 mph), dicapai di Jepang pada tahun 2003, 6 kilometer per jam (3.7 mph) lebih cepat dari rekor kecepatan TGV konvensional.Maglev komersial pertama "people-mover" secara resmi dibuka pada tahun 1984 di Birmingham, Inggris. Hal ini dioperasikan pada bagian 600-meter meningkat (2.000 ft) dari jalur monorail antara Bandar Udara Internasional Birmingham dan Birmingham stasiun kereta api Internasional, berjalan pada kecepatan hingga 42 km / (26 mph) jam; sistem itu akhirnya ditutup pada tahun 1995 karena kehandalan dan desain masalah.
Mungkin pelaksanaan paling terkenal teknologi maglev berkecepatan tinggi yang saat ini beroperasi secara komersial adalah Shanghai Maglev Train, sebuah IOS (awal segmen usaha) demonstrasi line kereta Transrapid Jerman-dibangun di Shanghai, Cina yang mengangkut orang 30 km (18.6 mil) ke bandara hanya dalam 7 menit 20 detik, mencapai top speed 431 km / h (268 mph), rata-rata 250 km / h (160 mph).
4.China Railway Highspeed(CRH)
CRH1/2A/2B/2E/5 diharapkan memiliki kecepatan maksimum 250 km / jam, dan CRH2C / 3 memiliki kecepatan maksimum 350 km / jam CRH adalah bagian utama dari speedup keenam kereta api nasional yang dilaksanakan pada tanggal 18 April 2007. Namun, tidak semua kereta api berkecepatan tinggi di China yang bernama CRH.Setiap kereta terbentuk dari delapan pelatih dengan kapasitas antara 588-568 orang untuk melatih 8-mobil atau 1100-1200 orang untuk melatih 16-mobil, tergantung pada pembentukan kereta. CRH1 dibangun oleh perusahaan patungan, Bombardier Sifang Power Transportasi di Qingdao, Provinsi Shandong. Cina Utara Lokomotif dan Rolling Bursa Industri (CNR), Cina, adalah memasok 60 CRH5 200 km / kereta delapan mobil h berbasis pada teknologi Alstom. Kereta ini dirancang untuk memenuhi UIC dan EN standar internasional dan setiap kendaraan menggunakan aluminium kekuatan tinggi bodyshell paduan beratnya hanya 8,5 ton.
5.Alta Velocidad Española (AVE)
Alta Velocidad Española (AVE) adalah layanan kereta api berkecepatan tinggi yang beroperasi pada kecepatan hingga 300 km / h (186 mph) di jalur khusus di Spanyol. Nama ini secara harfiah diterjemahkan dari bahasa Spanyol sebagai "High Speed Spanyol", tetapi juga plesetan dari kata ave, yang berarti "burung".
Tidak seperti sisa jaringan yang luas-gauge Spanyol, AVE menggunakan ukuran standar, yang memungkinkan koneksi langsung luar Spanyol di masa depan. Semua kereta AVE saat ini dioperasikan oleh RENFE, perusahaan negara Spanyol kereta api, walaupun perusahaan swasta mungkin diperbolehkan untuk menjalankan baris di masa depan. Beberapa kereta TGV yang diturunkan melakukan berjalan di jaringan luas-gauge pada kecepatan lebih lambat, dan ini adalah merek secara terpisah sebagai Euromed. Pada baris dari Madrid ke Sevilla, layanan jaminan kedatangan dalam waktu lima menit dari waktu diiklankan, dan menawarkan pengembalian dana penuh jika kereta tertunda lebih lanjut, walaupun hanya 0,16% dari kereta telah begitu. Dalam hal ini, ketepatan waktu dari AVE yang luar biasa dibandingkan dengan layanan non-RENFE jarak jauh. Pada saluran AVE lain, ini janji ketepatan waktu yang lebih lemah (15 menit pada garis Barcelona). Sebuah alasan yang mungkin untuk ini adalah bahwa layanan AVE memperlambat sampai 200 km / jam untuk bagian Morena Sierra perjalanan, karena tikungan tajam, dan 250 km / jam untuk bagian Córdoba-Sevilla, mungkin karena media kecepatan service yang berjalan pada baris, yang berarti bahwa mereka memiliki cara mudah kehilangan waktu pemulihan jika mengangkat sebelumnya di perjalanan.
itulah 5 KA tercepat Yang ada didunia sekarang kita bertanya pada indonesia....
Kapan INDONESIA bisa Membuat KA tercepat ??paling enggak tidak menggunakan KA bekas dari jepang dan Amerika
Kapan INDONESIA bisa membuat KA sendiri??
diolah dari google dan wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar