28 Des 2011

Jenis-jenis Katak

http://img694.imageshack.us/img694/4506/speciesv.jpg

Katak unik berhidung pinokio di Pegunungan Foja Mamberamo Papua

Berawal dari seorang ahli reptil dan amfibi (herpetolog) bernama Paul Oliver asal Australia, secara kebetulan bertumbukan dengan seekor katak yang hidungnya sangat aneh. Katak itu duduk di atas kantong beras mereka di dalam kamp.

Spesies amfibi yang dilihat Oliver itu bila mengeluarkan suara, muncul benjolan panjang yang mengarah keatas di hidung katak. Tapi jika katak itu berhenti bersuara, hidungnya mengempis ke bawah. “Kami sedang kumpul untuk makan siang, Oliver memandangi seekor katak mungil duduk di atas karung beras dan ia memberanikan diri menangkapnya,” kenang Chris Milensky, ahli burung (ornitolog) yang juga ikut dalam ekspedisi itu. Chris mengakui rekannya Paul punya refleks bagus saat menangkap katak itu. Sebagai seorang herpetolog yang berpengalaman, Paul bisa memastikan bahwa katak yang ditangkapnya belum terwakili dalam jenis katak hidung panjang. Spesies amfibi itu lalu dijuluki jenis “katak pinokio,” oleh peneliti.

Mungkin karena hidungnya mirip “pinokio,” sosok manusia kayu yang terbuat dari kayu pohon pinus dalam cerita film pinokio. Para peneliti lalu melabeli katak berhidung pinokio itu dengan nama latin, Litoria sp nov. Dalam ekspedisi di gunung Foja, Oliver juga sempat melompat ke atas pohon untuk menangkap seekor tokek. Salah satu spesies lain yang juga memikat para peneliti adalah Kangguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus). Meski telah ditemukan tahun 2005, kangguru berwarna keemasan ini sangat langka dan hidup di pohon. Kejutan lain juga terjadi ketika seorang ahli burung (ornitolog) yang juga manajer CI Indonesia bernama Neville Jems Kemp, melihat sepasang merpati kaisar yang baru (Ducula sp nov). Merpati ini punya tiga warna bulu, yakni merah agak berkarat, putih, dan abu-abu.

Katak Terbang Vampir Ditemukan di Vietnam

Seorang ilmuwan asal Australia telah menemukan spesies katak yang tak biasa di wilayah selatan Vietnam.

Katak terbang yang mirip kelelawar Vampir tersebut menggunakan selaput di jari-jarinya untuk meluncur di antara pucuk pepohonan. Demikian seperti yang dikutip dari ABC News, Kamis (6/1/2011).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkvHhhazdvcX-MFLNrCM21Gim9z5simbKtSQwQsp6DDp5-faF6202gVqxnGtOHo8S0_qeqhyphenhyphenqhKFhA63bd1SsAbI5NAygpeGQLbeoZGmsJtXy0U6NGU95YP3tyv-vnsXdFyLTBHPGBexl2/s1600/katak+vampire.jpg

Nama ‘Vampir’ diambil karena kecebong dari katak tersebut memiliki taring yang berwarna hitam.

Dr. Jodi Rowley, ilmuwan dari Australian Museum, yang melakukan penemuan tersebut mengatakan bahwa baru pertama kali taring ditemukan pada kecebong.

“Kami tidak tahu hal ini secara pasti. Oleh karena itu kita membutuhkan banyak waktu untuk menelitinya,” ujar Dr. Rowley.

“Mungkin saja taring tersebut memiliki hubungan dengan apa yang mereka makan,” duga Dr. Rowley.

“Katak jenis ini berkembang biak di genangan air kecil yang ditemukan pada batang pohon. Jadi mungkin saja mereka memakan sesuatu yang khusus di sana,” jelas Dr. Rowley.

sumber http://anehunikgokil.blogspot.com/2011/01/katak-terbang-vampir-ditemukan-di.htm

KODOK langka dan unik telah ditemukan

Misi para ilmuwan baru-baru ini menemukan kembali spesies ampibi yang diduga punah, yakni dua jenis kodok Africa Barat dan salamander (Andrias davidianus) penghuni goa, di sebuah hutan di Meksiko. Kodok langka Omaniundu ditemukan setelah menghilang sejak 1979, sedangkan salamander berhasil ditangkap sejak terakhir terlihat pada 1941.

"Ini adalah penemuan yang mengagumkan jika dilihat dari terakhir kali hewan-hewan itu terlihat," papar Robin Moore, koordinator Conservation International, Rabu (22/9). "Salamander Meksiko terakhir terlihat pada saat musisi jazz Gleen Miller menjadi idola di pada eranya. Sedangkan kodok Omaniundu dinyatakan menghilang satu tahun setelah perusahaan elektronik Sony mengeluarkan tipe Walkman pertama."

Kodok Omaniundu (Hyperolius sankuruensis) dan Kodok Mount Nimba (Hyperolius nimbae) adalah spesies asal Republik Congo dan Pantai Gading. Kedua negara tersebut dikenal sebagai negara yang kehilangan banyak habitat alam. Tim ekspedisi berencana mendata seluruh hasil temuan itu Oktober mendatang. Mereka juga akan mengenalkan berbagai hewan unik itu dalam acara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertajuk Convention on Biological Diversity di Nagoya, Jepang.

Salamander adalah amfibi dengan kepala besar, mata kecil, serta kulit yang gelap dan berkerut-kerut. Spesies ini hidup di aliran air dingin di pegunungan dan suka hidup di gua. Ia menyangga hidupnya dengan memakan serangga, kodok, dan ikan. Fungsi matanya tidak terlalu baik, sehingga ia bergantung pada nodus sensoris khusus yang terletak pada dahinya.(BBC/SHA)





























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar